Buya Yahya adalah nama panggilan dari sosok ulama muda kharismatik yang memiliki nama lengkap Yahya Zainul Maarif. Perjalanan dakwah pria kelahiran Blitar yang menghabiskan masa pendidikan dasar menengah umum dan agamanya di kota kelahirannya itu terbilang fenomenal. Setelah menimba dan memperdalam ilmu agama Islamnya di Yaman, dalam waktu yang tidak terlalu lama, perjuangan Buya Yahya menyampaikan dakwah Islam mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Tidak hanya masyarakat Cirebon tempat awal beliau berdakwah. Kini dakwah Buya Yahya terus menyebar secara nasional bahkan internasional. Apresiasi umat dengan Buya Yahya semakin meningkat terlebih setelah Buya Yahya mendapat kemudahan dari Allah SWT untuk menyampaikan dakwah secara rutin di media televisi nasional. Kehadiran Buya Yahya dalam jajaran para penyebar dakwah risalah Islam memberikan tambahan sumber perbendaharaan ilmu dan pencerahan yang dibutuhkan umat, ditengah semakin dahsatnya upaya-upaya dari mereka yang mencoba terus ingin menghancurkan Islam. Buya Yahya hadir di tengah masyarakat menyapa umat dengan senyum dan mengajarkan dengan keteladan bukan hanya ucapan. Apa yang dirasakan dan diterima oleh umat dari Buya Yahya merupakan pancaran ilmu dan ahlaknya yang merupakan manifestasi dari kecintaannya kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan Dakwah Buya Yahya
Kedatangan Buya Yahya yang memilki nama lengkap Yahya Zainul Maarif ke Cirebon pada akhir tahun 2005 awal 2006 dalam rangka mejalankan tugas dari gurunya Rektor Universitas Al-Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan aktivitasnya, Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Dan saat itu Buya Yahya belum mendapatkan izin dari gurunya untuk berdakwah ke masyarakat.
Pada akhir 2006 Buya Yahya menghadap kepada gurunya di Yaman dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Buya Yahya memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Buya Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga akhirnya di mudahkan oleh Allah untuk membuka majlis- majlis taklim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat ini jamaah memenuhi ruangan dan halaman masjid. Buya Yahya meyakini kemudahan ini diberikan oleh Allah SWT karena berkat ridho dan restu para guru. Bersamaan itu juga Buya Yahya membuka puluhan majlis taklim bulanan di berbagai tempat di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu. Diantaranya adalah majlis yang diadakan masjid Al-Imam alun-alun kota Majalengka, masjid Al-Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Agung Indramayu, masjid Al-Mustaqim Weru. Dakwah Buya Yahya tidak terbatas pada masjid-masjid akan tetapi Buya Yahya juga berdakwah di beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari Department Store Grage, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dll. Majelis yang Buya Yahya asuh diberi nama Majelis Al-Bahjah sekaligus nama pesantren yang saat ini dirintisnya.
Tahap perkenalan Buya Yahya dengan masyarakat melalui kesabaranya untuk bersilaturrahim ke musholla-musholla dan masjid-masjid. Kebetulan Buya Yahya pada pertengahan 2006 selama satu tahun sempat berjuang di stasiun radio Islami Salma 101 FM yang saat itu Buya Yahya mendapatkan kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut. Selama itu pula Buya Yahya mencoba menghadirkan dakwah lewat radio dengan membuat program pesantren udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian-pengajian. Ini semua dilakukan dalam upaya membidik semua celah kehidupan manusia untuk bisa diisi dengan dakwah.
Perjalanan Ilmiah Buya Yahya
Sebelum ke Yaman Pendidikan dasar hingga SMP diselesaikan dikota kelahirannya. Disamping itu juga mengambil pendidikan agama di Madrasah Diniyah yang dipimpin oleh seorang guru yang soleh KH. Imron Mahbub di Blitar. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di pesantren Darullughah Wadda’wah di Bangil Pasuruan Jatim dibawah asuhan Al Murobbi Al Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, yaitu pada tahun 1988 hingga 1993. Pada tahun 1993 hingga 1996 mengajar di pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan, sebagai masa khidmah Buya Yahya ke pesantren tempat Buya Yahya pernah menimba ilmu.
Pada tahun 1996 berangkat ke Universita Al-Ahgaff atas perintah sang guru Al-Murobbi Al-Habib Hasan Baharun hingga akhir 2005. Buya Yahya selama 9 tahun di Yaman belajar fiqih diantaranya kepada para Mufti Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur Bin Hafidz. Dari Habib Salim Asy-Syathiri Buya Yahya sempat mengambil beberapa disiplin ilmu diantaranya: Fiqih, aqidah, ulummul quran dan mustholah alhadits. Walaupun Buya Yahya tidak tinggal di pesantren (Rubath) Habib Salim Asy-Syathiri Buya Yahya mendapatkan kesempatan yang sangat banyak untuk belajar dari beliau. Sebab di pagi hari Habib Salim mengajar di kampus dan sore hari hingga malam Buya Yahya mendapatkan waktu khusus selama hampir 2 tahun untuk belajar dari beliau empat kali dalam seminggu mulai ashar hingga isya di Rubath Tarim. Hadits dan ilmu haditsnya di ambil dari beberapa guru diantaranya adalah Dr Ismail Kadhim Al-Aisawi dan Secara khusus Ilmu ushul fiqihnya diambil dari beberapa pakarnya diantaranya; Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Syekh Muhammad Amin Assyingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti (semuanya adalah dari Syingqiti–Mortania yang mereka adalah para ulama dalam Madzhab Maliki) dan DR Mahmud Assulaimani dari Mesir.
Ilmu bahasa Arabnya di ambil dari Syekh Muhammad Alhafid Assyingqiti, dengan kitab terakhir yang di kaji adalah Thurroh Uquduljuman dalam ilmu balaghoh, Thurroh lamiyatul Af’al dalam ilmu shorof dan Thurroh Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu yaitu Alfiyah Ibnu Malik dengan tambahannya menjadi 2800 nadhom. Ilmu fiqih perbandinganya diambil diantaranya dari Prof Dr. Ahmad Ali Toha Arroyyan dari Mesir, seorang Alim dari madzhab Maliki. Buya Yahya sempat mengajar di Yaman selama lima tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (khusus putri) dan di Markas Pendidikan Bahasa Arab Universitas Al-Ahgaff.
Mendirikan Perguruan Tinggi
Setelah Yayasan Al-Bahjah mendirikan lembaga pendidikan formal tingkat SD, SMP dan SMA, sekarang Buya Yahya melangkah untuk mendirikan lembaga pendidikan perguruan tingga. hal ini dimaksudkan untuk menampung para santri yang akan dikader untuk menjadi juru dakwah yang profesional dan handal. Para santri sebagai calon ulama harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjawab tuntutan umat dalam berdakwah. mereka juga harus memiliki wawasan keilmuan yang luas untuk bekal berdakwah, bukan hanya ilmu agama tetapi juga ilmu sosial lainnya. Atas dasar ini Buya Yahya memprakarsai pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Bahjah sebagai wadah akademik para santri. Jurusan yang dibuka adalah Manajemen Haji dan Umroh (MHU), Hukum Tata Negara (HTN), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Ekonomi Syariah (Ekos) dan Pendidikan Matematika (PM).
Sekarang Buya Yahya aktif berdakwah di masyarakat dan mengasuh majelis Al-Bahjah dan Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah yang berpusat di Kelurahan Sendang, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon Jawa Barat dan cabangnya di berbagai wilayah di Indonesia dan mancanegara.